Ku terdiam saat kau
datang.
Detak jantungku pun berdegup kencang.
Kau tersenyum kepadaku.
Lalu kau tanya siapa nama ku.
Darahnya berdesir, detak
jantungnya berdegup lebih kencang, saat ia melemparkan sebuah senyum yang
begitu manis. Senyum yang selalu membuat semua kaum hawa menjerit karena begitu
mempesona. Ara meremas lengannya sendiri, ia gugup sekarang. Bagaimana tidak?
Bisma, Bisma Karisma lebih tepatnya. Pemuda berperawakan kurus itu mampu
membuat hati Ara yang selama ini membeku kini mencair sempurna dan sudah terisi
dengan sebuah nama yang terukir indah disana, Bisma.
“Hey. Gue
perhatiin lo sering ke sini ya?” Okey. Cukup. Ara bisa pingsan kalau seperti
ini, suara Bisma yang begitu khas mampu membuat Ara tercekat, jarang-jarang ia
mendengar suara Bisma yang begitu khas itu.
“Engg….
I-ya, g-gue sering kesini. Hehe” Bisma terkekeh lalu duduk disamping Ara.
Menempatkan tubuhnya disamping gadis berwajah oriental-sunda ini.
“Oh, iya nama
lo siapa? Gue Bisma” Bisma menjulurkan tangannya di depan Ara, Ara tersentak
dan menatap Bisma bingung, pasalnya sedari tadi Ara hanya bengong melihat wajah
manis Bisma.
“Lo ngo-mong
apa?” Bisma terkekeh, “Gue tanya, nama lo siapa?” Ara mengangguk, lalu membalas
juluran tangan Bisma ragu. “Kiara, panggil aja Ara”.
-
You give me to my live. U,u,u,u,u,u,u who
are you?
You run in my heart. U,u,u,u,u,u,u I love
you.
Kau buatku tersenyum. Kau buatku bahagia.
Ku pun jadi tersipu. I think I Fallin’
For You.
U,u,u,u,u,u,u I love you.
Matahari mulai bertistirahat
dan munculah semburat orange di langit sana, dan sedikit demi sedikit Bulan
mulai muncul dan menggantikan peran sang surya sebagai penerang bumi, ditemani
dengan bintang-bintang yang gemerlap di malam hari.
“Kenapa
ngajakin gue kesini Bis?” Ara menatap Bisma yang tengah berbaring di atas
hamparan pasir putih.
“Gue Cuma mau
ngebandingin sesuatu aja.” Ara mengangkat sebelah alisnya, menatap Bisma tak
mengerti.
“Ngebandingin
apaan?” Ara, pandangan-nya kembali menyapu hamparan laut biru dihadapannya.
“Kata orang
bintang itu indah, tapi menurut gue, lo yang paling indah di mata gue.” Ara membolakan
matanya. Deg-deg-deg. Degup jantungnya kembali bekerja di batas normal, pipinya
memanas, menimbulkan semburat merah disana.
“Lo gombal
ya. Bangke lo ah!” Bisma terkekeh, ia bisa melihat jelas jika gadisnya itu
tengah tersipu. Terlihat dari pipinya yang memerah.
“Lo mau tau
rahasia gue gak?” Ara kembali menoleh ke arah Bisma, setalah ia berusaha untuk
menenangkan detak jantungnya.
“Apa emang
rahasia lo?” Bisma menghela napas “Gue kecanduan sama lo tau gak. Lo itu
nikotin buat gue. dan gue gak bisa idup tanpa lo.” Bisma menatap Ara dengan
senyum manis miliknya. Cukup! Ara sudah terlalu jauh terbang, ia merasakan
sensasi geli di dalam perutnya, rasanya ada berjuta kupu-kupu yang terbang di
dalam sana. ‘Ah. Sialan, Bisma. Lo emang bener-bener bisa buat gue gila karena
semua tingkah lo. Gue pikir, gue cinta sama lo. Fallin’ for you!’
-
Kita berdua semakin dekat.
Tak ada yang bisa menghalanginya.
Kita berdua berjanjia
Ku slalu menunggu bertemu kamu.
Beberapa bulan terakhir ini,
keduanya semakin dekat dan lebih mengenal satu sama lain. Kini Ara dan Bisma
tengah berjalan beiringan, mengacuhkan tatapan sinis dan dingin dari beberapa
orang yang menatap mereka. Bercengkrama dan tertawa, seakan dunia hanya milik
mereka berdua.
“Akakakaka lo
juga sih rese. Jadinya ya kayak gitu, lagian siapa suruh lo jailin anak
kecil?!” Bisma menatap Ara kesal, ‘gue mau curhat, malah diketawain gini. Sial.
Etapi, dia cantik banget kalau ketawa. Kayak bidadari turun dari surga gitu
deh’ pikir Bisma. Ara menghentikan tawanya dan menatap Bisma yang tengah
tersenyum ke arahnya. Aneh.
“Bis, lo
kenapa? Kok negliatin gue gitu banget sih?” Bisma tersadar, ia menggeleng dan
langsung menggamit tangan Ara membawanya ke parkiran dan pulang.
“Eh nanti
malem ada acara gak?” Bisma, Ara menoleh dan menggeleng.
“Gimana kalau
nanti malem lo ikut gue?” Ara menatap Bisma bingung, “Ikut kemana Bis?” Bisma
menoleh dan tertawa renyah.
“Kemana aja
deh, dandan yang cantik. Jam 7 gue jemput ya. Gue gak mau denger kata tapi-tapi
ya. Jam 7 yang gue tau, lo udah siap”
-
You give me to my live. U,u,u,u,u,u,u who
are you?
You run in my heart. U,u,u,u,u,u,u I love
you.
Kau buatku tersenyum. Kau buatku bahagia.
Ku pun jadi tersipu. I think I Fallin’
For You.
U,u,u,u,u,u,u I love you.
“Udah
cantik belum sih gue? Maksudnya ada yang kurang engga. Ini kan kali pertamanya
Bisma ngajak gue jalan harus dandan cantik, biasanya main tarik langsung
pergi.” Ting… Nong… Ting… Nong… Ara
menghela napas pelan, dan mengambil tas selempang dengan warna senada dengan
dress-nya lalu menuruni tangga.
Langkahnya
terhenti di depan pintu, memejamkan mata dan bersiap membuka pintu utama
rumahnya. Matanya membola ketika melihat pemuda di hadpannya yang begitu….
Tampan.
“Lo… cantik”
Ara tersipu, ia menunduk, “Makasih Bis.”
“Berangkat
sekarang bisa gak?” Tanya Bisma, Ara mendongkakan kepalanya dan mengangguk.
-
You give me to my live. U,u,u,u,u,u,u who
are you?
You run in my heart. U,u,u,u,u,u,u I love
you.
Kau buatku tersenyum. Kau buatku bahagia.
Ku pun jadi tersipu. I think I Fallin’
For You.
U,u,u,u,u,u,u I love you.
“Wiuh..
Bisma… Keren, ini keren banget. Gue suka gue suka…” Ara menatap takjub
pandangan di hadapan-nya. Hamaparan karpet hijau yang luas dengan cahaya terang
dari sang rembulan, membuat tempat ini begitu indah.
“Iya dong.
Gue gitu.” Ara terkekeh, lalu berjalan beberapa langkah dari tempatnya tadi.
Merentangkan lengannya, merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Hening.
Tiba tiba, Ara merasakan sesuatu yang memeluk erat pinggang-nya, ia menatap tak
percaya ketika Bisma meletakan dagu-nya di pundak Ara dengan mata yang
terpejam.
“Ijinin gue
buat dalam posisi gini sama lo.” Ara mengangguk, “Apa tujuan lo bawa gue
kesini?” Bisma membuka kedua matanya, “Gue, pingin jelasin sesuatu sama lo. Ini
nyangkut kita. Tentang Kita. Dan tentang Cinta.”
“Cinta?”
Bisma menghelas napas, lalu melepaskan rangkulan erat di pinggang Ara, dan
memutar tubuh Ara hingga mengahadap ke arahnya. Menatap mata hitam kecoklatan
itu dalam.
“Kata semu
yang gak pernah gue percaya. Dulu, gue gak pernah mau tau apa itu Cinta? Gimana
rasanya? Tapi, setelah pertemuan kita di taman kampus kemarin, gue ngerasa gue
perlu percaya apa itu cinta. Gue ngerasain semua ini dari lo Ra.” Ara
tersenyum, entah kenapa ini seperti mimpi. Ara berharap jika ini mimpi, Tuhan
tidak akan membangunkan Ara disaat seperti ini. Hatinya begitu bahagia Bisma
menucapkan itu.
“Dan gue mau,
lo jadi cinta yang pertama dan terakhir buat gue. Hidup gue yang dulunya datar
sekarang berliku karena ada lo, gue selalu jadi langit mendung tanpa orang tau,
tapi semenjak ada lo gue berasa seperti langit cerah yang punya pelangi. Lo
indah dimata gue Ra. Lo itu warna dan gue itu kanvas putih, yang garing ,
datar. Tapi setalah lo ngelukisin warna di kanvas itu, semuanya berubah. Lebih
indah dan lebih bermakna.” Bisma menggenggam erat kedua lengan Ara.
“Gue gak tau
lo punya rasa yang sama atau engga sama gue. yang jelas gue cinta sama lo. Dan
gue mau lo jadi cinta satu-satu-nya di hidup gue.” Ara tersenyum, ia
mengangguk.
“Gue bakal
jadi pelangi yang selalu hiasi hari lo. Dan gue siap jadi warna yang nantinya
norehin kesan bahagia di kanvas itu. Semua rasa kita tanggung bareng-bareng.
Dan lo perlu tau rahasia gue, dari awal kita ketemu, gue rasa gue udah jatuh
cinta sama lo.”
Keduanya
tersenyum, bulan dan bintang kini menjadi saksi cinta mereka berdua. Sebuah
hubungan baru yang kini mereka jalani. Fallin’
For You.